1.
Kanry
Higaonna

Kanryo Higaona masih remaja ketika
ayahnya tiba-tiba meninggal. Kanryo memutuskan ingin mempelajari seni beladiri
dan ia menetapkan hatinya untuk bepergian ke Fuzhou China. Ia bepergian ke
Fuzhou, Cina pada tahun 1869. Setelah di Fuzhou ia mempelajari seni bela diri
Cina di bawah Ryu Guru Agung Ryu Ko. Dia segera menjadi "Uchi Deshi"
(murid swasta) dan dia tetap di Cina di bawah instruksi parah gurunya selama
kurang lebih 13 tahun. Selain mempelajari seni bela diri tangan kosong dia
menjadi mahir dalam teknik senjata dan obat-obatan herbal Cina. Guru Ryu Ryu Ko
menyatakan muridnya memang ahli dalam penguasaan seni ini , suatu kehormatan
yang diberikan jarang. Begitulah keterampilan Kanryo dalam seni bela diri yang
ketenarannya menjadi luas di seluruh Fuzhou dan daerah sekitarnya.
Chojun Miyagi (pendiri Goju-Ryu
dan penerus Kanryo Higaoma) menyatakan diri Kanryo Higaona, "Sensei saya
memiliki kekuatan yang luar biasa, beratnya pelatihan ia menjalani di China
adalah di luar pemahaman, kecepatan dan kekuatan Kanryo Sensei adalah benar-benar
seperti manusia super, tangan dan kakinya bergerak lebih cepat dari
kilat". Kata-kata tidak cukup untuk mengekspresikan kemampuan aslinya.
Kami hanya bisa mengatakan bahwa keahliannya adalah luar biasa.
Pada tahun 1881, setelah 13 tahun
belajar rajin dengan gurunya, Kanryo Higaona kembali ke Okinawa, Naha di mana
seni bela diri dikenal sebagai Naha-te (seni ini juga disebut sebagai
"Tode" yang berarti seni bela diri dari Cina). Kanryo Higaonna
mengajarkan seni bela diri ini kepada rakyat Okinawa dan pada saat yang sama
melanjutkan penelitian sendiri dan praktek. Dalam rangka untuk mengajar pemuda
dari Okinawa dia mengembangkan metode pengajaran yang khusus dirancang untuk
mengembangkan pikiran dan tubuh, untuk meningkatkan baik fisik dan spiritual
kesejahteraan.
Seni Sebelumnya rahasia dari
Naha-te itu "terbuka" untuk masyarakat pada umumnya, pada bulan
Oktober 1905, ketika Kanryo Higaoma mulai mengajar di SMA.
Kanryo Higaonna
menguasai tugas yang sangat keras saat mengajar. Namun dalam kehidupan sehari-hari
dia adalah pria pendiam dan rendah hati dan dikenal untuk karakter kebajikan.
Dia adalah orang yang tidak memiliki kebutuhan atau keinginan untuk hal-hal
duniawi. Dia menjalani kehidupan sederhana yang benar-benar dikhususkan untuk
mempelajari dan praktek seni bela diri.
Ada banyak cerita yang berhubungan
kisah hidup Kanryo Higaoma dan pelatihan. Kekuatan kakinya adalah legendaris,
begitu banyak sehingga ia sering disebut sebagai "Ashi no Higaona"
("Kaki Higaona") di Okinawa. Sifat luhurnya telah dikenal luas dan
dihormati, dan karena popularitasnya rakyat Naha menganugerahkan dia dengan
nama, "Obushi Higaoma Tanrei", nama yang mencerminkan kasih sayang
dan rasa hormat mereka untuk orang besar dan seniman bela diri tertinggi.
Keterampilan yang tak tertandingi
Kanryo Higaoma dalam seni bela diri samping, karyanya besar dan ternama ini
dalam membawa bentuk seni bela diri China dari China ke Okinawa, dan
menyebarkan seni ini di kalangan masyarakat Okinawa.
Seni beladiri Kanryo Higaona
sering disebut , "Kensei (tinju suci) Higaona Kanryo", judul yang
sungguh pas. Namanya identik dengan seni bela diri Okinawa, Naha-te, dan roh
tidak ditakdirkan untuk hidup selamanya sebagai harta yang besar dan dihargai
dalam budaya Okinawa.
Seluruh hidup Kanryo Higaona yang telah
dikhususkan untuk karate. Beliau meninggal pada bulan Desember 1915 di usia 63.

Di Negeri China, beliau
menerima latihana yang keras dan penuh disiplin. Beliau mempelajari ilmu bela
diri lunak, yaitu Tai Chi Chuen dan Pakua Chang. Selain kedua ilmu bela
diri itu, di China juga terdapat ilmu bela diri lunak lain yang disebut Hsing-I.
Orang China mengatakan bahwa untuk
hidup sempurna manusia harus berada dalam chi, dan chi juga ada dalam diri
manusia.
Apa Chi itu?
Chi adalah udara dan energi. Ia
diperlukan untuk menyelaraskan tubuh dengan alam. Chi dapat menjadi suatu
kekuatan yang melahirkan energy. Jika ia menjadi yang disebut “yang utuh” dan
“yang utama”, yaitu Tai Chi. Jadi
Tai Chi bermakna “yang utuh dan utama”. Tai Chi dilambangkan dalam dua unsure,
yaitu Yin dan Yang yang saling mengikat dan terpadu dalam satu lingkaran. Yin
adalah kutub negative yang dilambangkan sebagai wanita, sedangkan Yang adalah
kutub positif yang dilambangkan sebagai pria (Jantan).
Manusia sewaktu dilahirkan tubuhnya
diisi oleh Yin dan Yang, dan dalam usia dewasa mencapai puncaknya, kemudian
perlahan menurun seiring penambahan usia. Dengan berlatih pernafasan ketika
memainkan kata Sanchin, keseimbangan
Yin dan Yang akan harmonis, sehingga yang rutin dan teratur melakukannya akan
senantiasa awet muda dan kelihatan jauh lebih muda dari usia yang sebenarnya.
Orang China meyakini bahwa realita
hidup bukanlah gabungan dari momen-momen yang terpisah, melainkan jalinan tanpa
batas dari perubahan gejala alam. Pagi hari yang berganti siang, kemudian
malam. Bagai daun yang gugur dan tumbuh kembali, sungai yang mengalir dan awan
yang ditiup angin, antara ada dan tiada saling terjalin. Mungkin selaras dengan
gamelan sacral sekatenannya orang jawa. Kelanggengan antara kala gong ditabuh
memberikan kesadaran akan bunyi. Begitu pula ruang kosong memperkuat kesadaran
akan garis tepi dari patung karya Henry Moore.

Sejarawan
lain menuliskan bahwa selama di China, Chojun Miyagi berlatih bela diri dari
Pakua Chang , Hsing-I, Mi Tsung-I, dan Tiger
Crane dari Shaolin. Kemudian ia mempelajari gaya lain dan memperkenalkan
baik Kempo China maupun Okinawa-Te dan kemudian menambahkan dengan gagasan
orisinalnya sendiri. Demikianlah proses kelahiran Goju-Ryu. Nama Goju-Ryu telah ditransfer dari
Bubishi
(dalam bahasa China: Wu Bei Zhi), sebuah buku kuno yang telah didokumentasikan
dalam arsip China.
Chojun Miyagi memutuskan nama
'Goju-Ryu' (sekolah keras dan lembut) sebagai nama untuk gayanya. Dia mengambil
nama ini dari baris dalam Bubishi (teks klasik China pada seni bela diri dan
mata pelajaran lainnya). Baris ini, yang muncul dalam sebuah puisi yang
menggambarkan delapan ajaran seni bela diri, membaca "Ho Goju Donto"
(cara menghirup dan menghembuskan napas adalah kekerasan dan kelembutan). Puisi
keseluruhan berbunyi sebagai berikut:
Pikiran adalah satu dengan Langit
dan Bumi.
Irama peredaran tubuh adalah mirip dengan siklus Matahari dan Bulan.
Cara menghirup dan menghembuskan napas adalah kekerasan dan kelembutan.
Bertindak sesuai dengan waktu dan perubahan.
Teknik akan terjadi tanpa adanya pikiran sadar.
Kaki harus maju dan mundur, memisahkan dan bertemu.
Mata jangan lewatkan sedikitpun perubahan.
Telinga mendengarkan dengan baik di segala penjuru
Irama peredaran tubuh adalah mirip dengan siklus Matahari dan Bulan.
Cara menghirup dan menghembuskan napas adalah kekerasan dan kelembutan.
Bertindak sesuai dengan waktu dan perubahan.
Teknik akan terjadi tanpa adanya pikiran sadar.
Kaki harus maju dan mundur, memisahkan dan bertemu.
Mata jangan lewatkan sedikitpun perubahan.
Telinga mendengarkan dengan baik di segala penjuru
Chojun
Miyagi mengajar Karate pada sekolah pelatihan polisi Okinawa, juga di suatu
sekolah bisnis public di kota Naha,
sekolah guru Okinawa dan Pusat Kesehatan Okinawa. Di era showa 4 (1929), Miyagi
diundang sebagai dosen tamu kehormatan
oleh suatu klub karate yang berlokasi di Universitas Kyoto. Beliau juga telah
diundang untuk mengajar secara tetap oleh Universitas Ritsuimeikan. Ia
mengembangkan metodenya ke seluruh jepang dan inisiatif memperkenalkan Goju-Ryu
selama waktu itulah Gogen Yamaguchi mengenal Sensei Miyagi dan oleh Miyagi,
Yamaguchi dibebani tanggungjawab untuk
menyebarkan metode ciptaan Miyagi dan
mengorganisirnya, Gogen Yamaguchi kemudian membentuk Japan Karate-Do Gojukai
Association (JKGA).
Sensei
Miyagi kemudian diundang ke Hawai oleh Shimpo Co dan mengajar Karate disana
selama setahun. Juga ia mengajarkan Goju-Ryu Karate-Do di Jepang dan di luar
Jepang. Untuk itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Jepang memberi penghargaan
kepada Miyadi. Setelah perang dunia kedua ia kembali ke Okinawa dan bekerja
untuk pemerintahan sipil sebagai pelatih pendidikan jasmani. Di era showa 28( 8
Oktober 1953), beliau meninggal dunia di Okinawa.

Dalam suatu Turnamen Seni
Bela Diri yang diadakan di Jepang pada tahun 1930, Sensei Shinzato Jin’an
(murid senior Chojun Miyagi) turut berdemonstrasi. Di dalam turnamen itu,
seorang Master Ko-Budo menanyakan padanya, berasal dari perguruan apa? Dan
Shinzato Jin’an tentu saja tidak dapat menjawabnya karena hingga saat itu
Chojun Miyagi belum pernah member nama perguruannya.
Sekembalinya dari turnamen, Shinzato mempertanyakan
perihal nama perguruan itu pada Chojun Miyagi,
dan baraulah Miyagi sadar bahwa nama perguruan sangat penting dalam
pengembangan alirannya. Chojun Miyagi kemudian memilih nama Goju-Ryu
sebagai nama perguruannya. Go berarti
keras dan Jo berarti lunak. Dalam
sejarah kekaratean, Miyagi-lah master yang pertama member nama perguruannya,
dan belakangan baru diikuti oleh master-master karate yang lain. Nama Goju-Ryu
sendiri secara resmi digunakan ketika tahun 1933 oleh Miyagi(berkat jasa Gogen
Yamaguchi mendaftarkan nama perguruannya pada Butotokai Jepang).
3. Gogen Yamaguchi

Permasalahan yang sering menjadi persoalan hokum di
Negara-negara yang marak seni bela dirinya seperti Jepang dan Amerika Serikat
adalah “hak atas lambing perguruan atau aliran”. Awal 1930an, Gogen Yamaguchi
kemudian mendesain logo “kepalan tangan
Chojun Miyagi” yang digunakan oleh Goju-Ryu aliran Yamaguchi, dan jika
digunakan oleh perguruan lain, sekalipun
perguruan itu mengajarkan Goju-Ryu, tetap illegal dan dapat dituntut. Desain
yang dibuat oleh Gogen Yamaguchi menjadi legal setelah didaftarkan pada
Butotokai Jepang sebagai “Trademark” pada 9 Maret 1971, engan nomor registrasi
1268906 (C1:24, Specified Merchandise: Sporting Good) dan nomor registrasi
Trademark 1370905 (C1:21, Specified Merchandise: Accessories).
Undang-undang menyatakan bahwa:”To duplicate these Service Marks by way of printing, embroidering and
founding or to display it in public without authorization may constitute
service mark infringements and may be subject to litigation”.
Beliau kemudian mendirikan All Japan Karate-Do Gojukai
Association (JKGA) dan menjadi presidennya yang pertama pada tahun 1950. Dalam
perkembangan lebih lanjut, Gojukai Jepang-pun tumbuh lebih dari satu perguruan,
dan Gojukai yang dipimpin oleh Gogen Yamaguchi lebih sering disebut “Gojukai
Yamaguchi”.

Pada tahun 1964, Gogen Yamaguchi berpartisipasi membentuk The All Japan Karate-Do Federation
(JKF). Kemudian pada tahun 1969, beliau memperoleh penghargaan tertinggi dari
Kaisar Jepang, yaitu penghargaan “Ranjuuho-sho”.
Hanshi Gogen Yamaguchi senantiasa mengajarkan: “It is easy to listen what you are taught,
but it is difficult to find what you have within yourself and master it as your
own”.
Dari ajarannya itu, sehingga kita berkesimpulan bahwa seorang instruktur Karate-Do harus
terlebih dahulu mampu melakukan sendiri segala sesuatu yang akan dia ajarkan
pada murid-muridnya.
Pada tahun 1975, Gogen Yamaguchi mendirikan the Japan
Karate-Do College dan menjadi presidennya. Instruktur dani Japan Karate-Do College
itu adalah :
1. Gogen
Yamaguchi (Goju-Ryu)
2. Goshi
Yamaguchi (Goju-Ryu)
3. Gogyoku
Wakako Yamaguchi (Goju-Ryu)
4. Hironori
Ohtsuka (Wado-Ryu)
5. Iwata
Manzao (Shito-Ryu)
6. Tamae
(Rembukai)
7. Motokatsu
Inoue (Ryukyu Kobujutsu)

Pada 30 April 1977, Gogen
Yamaguchi mendirikan IKGA (International Karate-Do Gojukai Association). Dan
lagi-lagi beliau menjadi presiden pertama sekaligus Saiko Shihan pertama.
Kemudian setelah beliau wafat pada tanggal 20 Mei 1989, beliau digantikan oleh
putra bungsunya, Hanshi Goshi Yamaguch
4.
Goshi
Yamaguchi

Saiko Shihan Goshi Yamaguchi
bernama lengkap Hirofumi Goshi Yamaguchi. Lahir pada 28 September 1942 di
Shinjing, Manchuria. Setelah meninggalnya Saiko Shihan Gogen Yamaguchi pada 20
Mei 1989, Goshi Yamaguchi menggantikan kedudukan beliau sebagai Presiden
(Kaicho) dari International Karate-Do
Gojukai Association (IKGA) hingga saat ini. Beliau senantiasa didampingi oleh tokoh kedua dalam perguruan
Gojukai Yamaguchi, yakni Hanshi Hiromasa Kikuchi.